wirausaha online

03 Februari, 2009

Ribuan Rakyat Turki sambut Kepulangan Erdogan sebagai Pahlawan

Hidayatullah.com--Jam menunjukkan pukul satu malam. Dini hari Jum'at (30/1) itu, udara musim dingin di kota Istanbul terasa sangat gigil. Namun, malam itu, di tengah udara yang menusuk kulit itu, ribuan rakyat Turki justru tampak memenuhi jalan-jalan kota Istanbul.
Sejak pukul sembilan malam, ribuan orang telah bergerak menuju bandara internasional Ataturk, Istanbul. Mereka tampak melambai-lambaikan kain berwarna merah, yang ditengahnya terlukis bintang terapit bulan sabit: bendera Turki. Sebagian yang lain lagi mengibarkan bendera Palestina. Mereka berteriak: "O, büyük bir lider", "Selamat datang pahlawan kami!", "Selamat Datang 'Penakluk' Davos!", "Ahlan wa Sahlan Pemimpin Baru Dunia!".
Di malam yang gigil itu, mereka bergerak berduyun-duyun untuk menyambut kedatangan Perdana Menteri mereka, "Khoja Haji" Rajab Thayyib Erdogan (Turki: Recep Tayep Erdogan), yang baru saja meninggalkan KTT Ekonomi Internasional Davos yang digelar di Swiss.
Sebagaimana diketahui, di forum internasional World Economic Forum (WEF) yang digelar pada Kamis (29/1) kemarin itu, Erdogan melakukan aksi walk out sebagai protes keras kepada forum yang tidak memberikannya waktu untuk memberikan tanggapan atas pernyataan Presiden Israel, Simon Perez.
Perez, yang duduk tepat di samping kiri Erdogan, berbicara sekitar setengah jam mengenai alasan dan "pembelaan diri" Israel yang menyerang Gaza. Perez menyatakan jika serangan “teror” yang terus dilakukan Hamas adalah penyebab utama kenapa Israel pada akhirnya memutuskan untuk menyerbu Gaza.
"Hamas terus menembakkan roket-roket ke pemukiman Israel. Sebab itulah pada akhirnya Israel memutuskan untuk menyerang Gaza, markas Hamas," ungkap Perez dengan nada berapi-api.
Saat mengemukakan pernyataannya, Perez berbicara dengan nada tinggi, juga beberapa kali menatap wajah dan mata PM Turki yang duduk tepat di samping kanannya.
Ketika giliran berbicara tiba pada Erdogan, PM Turki tersebut menanggapi pernyataan Peres dengan tanggapan yang tak kalah tegas, namun tetap dengan nada bicara yang kalem.
"Simon Perez ini sudah berusia tua, tetapi nada bicaranya tinggi. Saya tidak akan demikian, saya akan tetap berbicara dengan memakai etika," kata Erdogan.
"Masih jelas dalam ingatan saya, akan anak-anak kecil Gaza yang dibunuh Israel di tepi pantai. Saya masih ingat, berapa jumlah orang-orang yang Anda bunuh di Gaza," tambah Erdogan seraya menatap wajah Perez.
Erdogan pun kembali melanjutkan tanggapannya. Kali ini ia menujukan pernyataannya kepada peserta sidang. "Dan, kalian semua mengetahui dengan jelas perbuatan Israel yang dengan telah membantai nyawa anak-anak dan perempuan."
Namun, baru 10 menit Erdogan mengemukakan pernyataannya, moderator sidang segera memotong dan menyatakan jika waktu Erdogan telah habis. Erdogan pun segera bangkit dari duduknya, ia mengemasi kertas-kertasnya, lalu segera beranjak meninggalkan kursi sebagai bentuk protes.
"Terimakasih telah memberikan kesempatan berbicara kepada saya. Saya telah berbicara separuh waktu saja dari waktu yang kalian berikan untuk Perez," kata Erdogan dengan nada marah.
"Ya, saya putuskan untuk tidak akan menghadiri lagi KTT ini," pungkasnya seraya beranjak.
Selepas keluar dari ruangan sidang, Erdogan segera bertolak ke Istanbul. Sementara itu, di dalam negeri, warga Turki yang menyaksikan secara langsung kecaman dan sikap tegas Erdogan dari stasiun televisi pun segera pergi ke bandara untuk menyambut kepulangan perdana menteri mereka.
Televisi Aljazeera menyiarkan betapa antusiasnya ribuan warga Turki untuk menyambut kepulangan Erdogan. Dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, perempuan, hingga beberapa orang lanjut usia tampak memenuhi jalan-jalan Istanbul, juga pelataran bandara Ataturk.
Saat Erdogan tiba dan keluar dari pesawat, ribuan massa langsung menuju arahnya dan berebut untuk menyalaminya. Dini hari itu juga, di bandara Ataturk, Erdogan langsung menggelar jumpa pers.
Dalam jumpa persnya, Erdogan menyatakan jika sikap tegas yang diambil olehnya di KTT Davos adalah pertaruhan "harga diri" bangsa Turki.
"Saya bertanggung jawab atas martabat bangsa Turki. Dan saya tidak akan membiarkan seorang pun, di forum mana pun, untuk menjatuhkan martabat bangsa ini," ungkap Erdogan yang disambut tepuk riuh.
"Saya tidak sedang mengecam bangsa Yahudi atau Israel, tetapi yang saya kecam adalah perilaku politik pemerintahan Israel," ungkapnya.
Malam itu, apa yang telah dilakukan oleh Erdogan adalah sebuah perjuangan seorang pemimpin negara untuk membela martabat bangsanya, negaranya, agamanya, dan juga sudara seimannya, Palestina, sekalipun tidak satu madzhab, sekalipun tidak satu bangsa.
PM Turki itu menuding moderator tidak memberi kesempatan dia berbicara. dan dia mengatakan, Erdogan mengatakan, dia meninggalkan tempat debat bukan akibat ketidaksefahamannya dengan Peres, tapi akibat dia diberi waktu yang lebih pendek daripada presiden dari Negara penjajah itu.
Bagaimana dengan pemimpin negara-negara Arab, bagaimana juga dengan pemimpin Indonesia?
[atj/hrt/jzr/alm/http://www.hidayatullah.com/]

1 komentar:

  1. hebat banget ya PM Turi, bisa ga di ikuti ma president Indonesia

    BalasHapus

Klub Bisnis Internet Berorientasi Action