wirausaha online

11 Maret, 2009

Spirit Perubahan Rasulullah Muhammad


Siapakah orang yang berhak mendapat gelar raksasa sejarah di dunia ini: Will Durant menjawab dengan tegas dalam bukunya The Story of Civilization: dia adalah Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad berhasil dengan gemilang meningkatkan kualitas rohaniah dan moral bangsa Arab yang terjerat begitu lama dalam kubangan peradaban jahiliah.

Hingga sekarang tak ada satu sosok pun yang sanggup menandingi kebesaran pengaruhnya dan dia lebih berhasil dari tokoh mana pun dalam hal membangun suatu peradaban di dunia ini. Apakah kebesaran Nabi ini merupakan pengaruh dari faktor genetik atau kelas sosial tertentu?

Nabi bukanlah turunan miliarder, jadi dalam membuat perubahan besar peradaban dunia tak mungkin mengandalkan kapital atau kekayaan. Nabi terlahir sebagai yatim piatu, masa kecilnya dilalui dengan keprihatinan. Kekuatan Nabi yang terampuh sejak kecil adalah kejujurannya sehingga mendapat sebutan Al-Amin, orang yang sangat dipercaya.

Energi Perubahan

Faktor utama yang mengakibatkan terjadinya hijrah Nabi Muhammad SAW beserta umat Islam lain dari Mekkah ke Madinah tak lain adalah demi menggerakkan energi perubahan. Umat Islam mengenalnya sebagai minadldlulumati ilannur, dari alam kegelapan menuju ke alam penuh cahaya.

Dari peradaban jahiliah menuju peradaban Islam yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan akhlak sebagai tolok ukur mulianya manusia. Di dalam Alquran Surat An-Nisa' ayat 75 yang mendasari proses terjadinya hijrah disebutkan bahwa yang menjadi misi utama perubahan adalah perjuangan untuk membela kaum lemah baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak.

Pada masa Islam prahijrah, elitenya bertindak zalim terhadap kaum lemah. Tidak saja kekejaman secara lisan, umat Islam kerap bahkan mendapat ancaman nyawa dari kaum kafir Quraisy. Rakyat kecil tak lagi mendapat perlindungan dan pertolongan. Mereka yang posisinya miskin justru malah semakin tertekan.

Karena itulah, kaum muslimin sudah tidak betah lagi tinggal di Mekkah karena kezaliman sudah mendominasi hampir seluruh sektor kehidupan. Kerusakan moral masyarakat sudah benar-benar merata, tidak saja elitenya, tetapi juga merambah warga kelas biasa sehingga masyarakat jahiliah sudah benar-benar rusak parah.

Karena itulah satu-satunya modal yang tersisa dari kaum muslimin yang masih di Mekkah waktu itu hanya doa. Mereka berdoa agar bisa keluar dari Mekkah yang tidak saja pemimpinnya yang zalim, melainkan juga rakyatnya. Fungsi pemimpin, yaitu melindungi rakyatnya dan menolong yang lemah, sudah benar-benar tidak berjalan alias macet.

Karena itulah, proses kebangkrutan peradaban jahiliah ini antara lain karena sudah memudarnya fungsi kepemimpinan dalam masyarakat yang melindungi dan menolong kaum lemah itu. Kepemimpinan hanya menjadi milik kaum bangsawan. Kepemimpinan akhirnya hanya menjadi instrumen untuk menghegemoni kaum lemah.

Belajar dari kasus jahiliah ini, maka layak untuk menjadi refleksi kita bangsa Indonesia saat ini. Apakah kepemimpinan nasional yang sekarang ini masih mempunyai fungsi untuk melindungi dan menolong kaum lemah itu? Jika fungsi kepemimpinan itu macet, bisa jadi bangsa ini akan terancam bangkrut. Mudah-mudahan tidak demikian.

Peduli dan Cinta

Kekuatan kepemimpinan Rasulullah Muhammad SAW yang lain adalah kepeduliannya terhadap sesama dan besarnya cinta beliau kepada umatnya. Ketika Rasulullah mulai membangun peradaban di Madinah, Rasulullah setiap pagi selalu berada di mihrab masjid untuk menerima dan menampung keluhan semua umatnya.

Kalau ada umatnya yang kekurangan, Rasulullah dengan tanggap segera mencarikan jalan keluarnya. Kalau ada umatnya yang kehabisan makanan pokok, pada pagi hari bakda salat zuhur, zakat umat Islam yang mulai terkumpul segera dibagikan. Mereka yang kekurangan itu pulang dengan membawa sembako sepulang menghadap Rasullah di hari itu.

Rasulullah juga pribadi yang sangat mencintai umatnya. Suatu ketika Abdullah al-Bajaliy datang ke majelis Rasulullah. Karena datang terlambat tempat sudah penuh. Dia lalu mencari-cari tempat duduk. Melihat perilaku Abdullah al-Bajaliy, Rasullah bergegas membuka gamisnya, lalu melipat gamis tersebut dan memberikannya kepada Abdullah. "Jadikan tikar gamis ini untuk tempat dudukmu," ujar Rasulullah.

Abdullah malah tak menjadikan gamis Rasul itu sebagai tempat duduk, dia malah mencium baju Rasulullah tersebut sambil berlinang air mata karena saking gembiranya. "Ya Rasul, semoga Allah memulaikanmu sebagaimana Anda telah memulaikan aku," ujar Abdullah.

Nabi pun bersabda: "Bila datang kepada kalian orang yang mulia dari suatu kaum, maka muliakanlah dia.

"Begitulah penggalan cerita Rasulullah yang patut untuk kita teladani hingga hari ini, ketika para pemimpin kita hari-hari ini hanya sibuk untuk mencari kemuliaan sendiri-sendiri dan tidak berusaha memuliakan orang lain. Bangsa dan negara ini yang masih diselimuti dengan krisis, insya Allah akan mendapatkan jalan keluar yang baik, jika kita mau dan mencoba untuk mengaplikasikan akhlak Rasullah SAW.

Wallahu a'lam Bishshawab.

(*)Dr KH A Hasyim Muzadi
Ketua Umum PBNU(sindo//jri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Klub Bisnis Internet Berorientasi Action