wirausaha online

21 April, 2009

Karakteristik Dasar Bangsa Indonesia


Sebuah sumbangan pikiran bagi bangsaku...

Perjalanan sejarah

Bangsa Indonesia sebagai sebuah populasi telah mengalami perjalanan sejarah yang cukup panjang. Dapat kita sebutkan berbagai jaman yang telah dilalui di antaranya yakni Jaman Pra Sejarah Phytecantropus Erectus, Homo Sapiens, Jaman Penjajahan Portugis, Spanyol, Belanda, Jepang, Jaman Kerajaan-kerajaan Hindu, Budha, Islam, Jaman Perang Kemerdekaan, Jaman Orde Lama, Jaman Orde Baru, Jaman Reformasi.
Sejak dulu nenek moyang Bangsa Indonesia dan para pendahulu kita telah berhasil meletakkan fundamen dalam sendi-sendi kehidupan bangsa. Berulang kali telah lahir putera-putera terbaik bangsa yang berpemikiran cemerlang, dengan tindakan yang tegas, dengan kemauan yang keras serta dengan ketulusan murni berkarya untuk seluruh masyarakat. Putera-putera terbaik bangsa tersebut datang dan pergi, timbul dan tenggelam, seiring dengan masa waktu pengabdian yang dibatasi oleh umur dan maut. Kepergian mereka selalu memberikan modal berharga buat bangsa ini yaitu berupa warisan buah pikir, yang tak akan pernah terbatasi oleh umur dan maut.

Harta warisan bangsa

Kita "pernah mendengar" tentang harta warisan nenek moyang kita berupa kitab bernama Negarakertagama/Desawarnana karangan Mpu Prapanca, Kitab Sutasoma tulisan Mpu Tantular, dan lain-lain. Kitab-kitab tersebut memuat kisah-kisah realita maupun fiktif dalam kehidupan masyarakat serta mengulas banyak filsafat kuno yang sebenarnya dalam masa waktu yang panjang telah benar-benar teruji. Filsafat kuno, teori serta norma yang terkandung di dalamnya merupakan hasil formulasi dari karakteristik dasar Bangsa Indonesia yang telah dijadikan fundamen kehidupan masyarakat dalam kurun waktu ratusan tahun. Di sisi lain para pemimpin dan pemikir Indonesia seringkali mengembangkan pola berpikir serta bertindak dengan berpedoman pada filsafat maupun teori asing. Tersebutlah beberapa nama yang tulisannya sering kali digunakan menjadi dasar dalam berpikir, seperti: Plato, John F.Kennedy, Sun Tzu, Aristoteles, Machiavelli, dan lain sebagainya. Dimensi waktu telah menggiring Bangsa Indonesia untuk lebih mendalami teori-teori asing sementara teori-teori warisan nenek moyang kita dikesampingkan bahkan hanya menempati posisi "pernah mendengar".

"You are what you read" (anda adalah apa yang anda baca) berhubungan erat dengan "knowledge is power" (ilmu pengetahuan adalah kekuatan). Kita akan berkemampuan untuk berpikir, menentukan langkah serta mengambil keputusan berdasarkan apa yang kita baca. Semua yang dibaca oleh seseorang akan sangat mempengaruhi karakteristik orang tersebut. Disamping itu semua orang bijak meyakini bahwa pengetahuan adalah suatu kekuatan, di mana manusia diberikan karunia akal budi sehingga mampu mengalahkan semua makhluk lain yang secara fisik nampak lebih kuat seperti gajah, singa, badak, ular, dan lain sebagainya, termasuk pula untuk menang mengatasi alam, iklim, serta geografis. Dengan ilmu pengetahuan yang dikuasai, orang pun akan bisa menguasai orang lain. Semua ilmu pengetahuan yang bisa dipelajari bersifat universal dalam arti tidak mengenal batas benua, batas negara maupun batas rumpun bangsa.

Dari berbagai ilmu pengetahuan yang dipelajari, kita harus melihat pula keserasian antara kebudayaan yang terkandung di dalam ilmu tersebut dengan kebudayaan lingkungan masyarakat atau bangsa yang akan kita terapkan. Sudah barang tentu kebudayaan yang terkandung dalam ilmu-ilmu Eropa, Afrika, Australia atau pun Amerika, tidak akan semua cocok dengan kebudayaan Asia. Berbagai ilmu pengetahuan dan teori dari negara asing harus tetap dipelajari, namun dengan tidak mengesampingkan apa yang ada dalam harta warisan nenek moyang Bangsa Indonesia. Para pemimpin dan pemikir Indonesia harus mampu mengkombinasikannya untuk mendapatkan taraf hidup bangsa yang lebih baik disertai dengan kekuatan moral dan mental spiritual yang kokoh. Karakteristik dasar Bangsa Indonesia harus dipegang teguh.

Bangsa petani

Di dalam kitab-kitab warisan nenek moyang Bangsa Indonesia acap kali disebutkan tentang nuansa kehidupan masyarakat yang bekerja sehari hari sebagai pengolah hasil bumi. Dari masa ke masa dituliskan tentang masyarakat yang pergi ke sawah, aturan musim tanam dan musim panen, pembagian aliran air, serta penyelesaian persengketaan antar petani. Ada pula tertulis penyebutan Pulau Jawa sebagai Jawadwipa (pulau padi) karena kesuksesan bidang pertaniannya. Di masa lampau perniagaan internasional melalui jalur-jalur laut telah menceritakan kesuksesan Bangsa Indonesia dalam menjual hasil bumi berupa beras dan rempah-rempah, dalam hubungannya dengan berbagi bangsa Eropa, Arab, dan China.

Bila kita mengingat beberapa tahun silam tersiar di seluruh dunia bahwa Republik Indonesia telah menjadi "Macan Asia". Predikat ini muncul setelah Indonesia berhasil membangun sektor pertanian sehingga menjadi Negara swasembada beras bahkan negara pengekspor beras terbesar se-Asia. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan signifikan kita alami selama tahun 1984-1989.

Sejak jaman nenek moyang Bangsa Indonesia kita sudah digariskan bagaikan kodrat menjadi bangsa agraris. Perkembangan jaman di tahun-tahun terakhir masa Orde Baru, berlanjut pada masa Reformasi, hingga dewasa ini, telah membawa Bangsa Indonesia memacu perekonomian negara lebih ke arah bidang industri, teknologi dan penanaman saham. Banyak pemuda Indonesia yang meninggalkan bidang pertanian, bahkan muncul iklim berpikir bahwa profesi sebagai petani adalah profesi yang terbelakang dan tidak populer.

Bangsa nelayan

Dalam tiap kesempatan kita berulang kali membanggakan Kapal Phinisi Nusantara. Berulang kali kita ceritakan kegagahan nenek moyang kita yang berhasil mengarungi lautan hingga ke Madagaskar. Dalam setiap pembicaraan dengan orang asing kita tampilkan bahwa "Indonesia is the largest archipelago in the world" (Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia). Mayoritas masyarakat pun paham dengan lagu yang sering dinyanyikan sejak kecil "Nenek moyangku orang pelaut, gemar mengarung luas samudera." Bila kita renungkan secara mendalam dapat tergambar jelas bahwa kita memiliki negara dengan kekayaan dan potensi kelautan yang luar biasa.

Jumlah pelancong manca negara tidak pernah surut untuk mengunjungi pantai dan laut Indonesia. Sebagian mereka datang dengan tujuan wisata, namun tidak sedikit pula yang datang untuk penelitian dan berdagang. Mereka datang melihat dan mengagumi kekayaan laut kita. Semua pelancong ini jelas mendatangkan devisa bagi negara.

Sekarang mari kita bandingkan luas perairan Indonesia dengan perairan Negara Jepang, Filipina, Malaysia dan Thailand. Perairan Indonesia jauh lebih luas dan lebih kaya akan harta kelautannya. Namun hingga kini selalu saja muncul pertanyaan "mengapa justru negara mereka yang bisa mengekspor hasil laut lebih banyak?" Bila kita menoleh sekilas ke arah lautan luas di seluruh Indonesia dapat kita temukan banyak sekali nelayan asing yang mengambil hasil laut kita mulai dari ikan, terumbu karang, bahkan pengambilan harta karun di dasar laut. Sebagian besar kegiatan eksploitasi laut dilakukan tanpa ijin dari pemerintah setempat. Nelayan asing mengambil ikan-ikan di wilayah kita secara illegal untuk konsumsi mereka serta untuk komoditi ekspor yang menghasilkan bagi devisa negara mereka. Illegal fishing yang dilakukan oleh nelayan-nelayan asing menggunakan alat peralatan penangkapan ikan dan system perkapalan yang modern. Sarana dan pra sarana pengolahan hasil laut yang mereka gunakan dilengkapi dengan teknologi canggih.

Kenyataan luasnya lautan yang kita miliki serta perjalanan kehidupan nenek moyang kita mengarungi samudera luas telah menggariskan kita bagaikan kodrat sebagai bangsa maritim, bangsa nelayan.

Produksi Pertanian dan Kelautan-Perikanan

Sementara ini kita masih harus berhadapan dengan polemik harga beras. Impor beras yang selama ini masuk dari Thailand menggusur beras lokal dikarenakan harganya yang relatif jauh lebih murah. Menurunnya produksi beras lokal adalah sebagai akibat dari kegagalan panen, pengelolaan pertanian yang buruk serta ekonomi pertanian yang kurang memadai. Produksi beras yang minim ini tetap dihadapkan dengan kebutuhan beras masyarakat sehingga berdampak pada kenaikan harga beras lokal, harga beras impor lebih murah. Namun kita patut berbangga dengan perjuangan ekonomi nasional dengan melihat fakta bahwa pada tahun 2008 negara kita sudah mencapai swasembada beras. Padahal di akhir tahun 2008 kita semua berhadapan dengan suasana krisis ekonomi global yang sangat mengguncang negara-negara di dunia. Selama 2 tahun terakhir produksi beras kita cenderung meningkat yaitu di angka pertumbuhan 5% setiap tahunnya.

Lahirlah kemudian kebijakan pemerintah bahwa untuk tahun 2009 ini Indonesia tidak mengimpor beras. Produksi beras nasional pada tahun 2008 sudah mencapai 3,1 juta ton, sehingga bukanlah suatu mimpi di siang bolong bila kita berharap dan bertekad akan menjadi negara pengekspor beras pada triwulan IV tahun 2009 ini. Ekspor beras akan direalisasikan apabila Indonesia sudah mencapai surplus produksi beras sebanyak 5 juta ton (produksi beras 35.9 juta ton sedangkan kebutuhan beras per tahun 30.9 juta ton).

Di sisi lain bila kita masuk pada sektor kelautan dan perikanan terdapat tabel produksi perikanan yang menunjukkan bahwa saat ini ada 12 jenis komoditi perikanan yang begitu diminati. Kecepatan arus informasi serta peningkatan teknologi yang mendukung budi daya kelautan menimbulkan peningkatan dalam angka permintaan kosumen. Jenis komoditi perikanan laut dan darat yang paling favorit saat ini berturut-turut yaitu patin, rumput laut, nila, gurame, bandeng, lele, kerapu, kerang-kerangan, ikan mas, udang, kakap, dan kepiting. Khusus produksi rumput laut menjadi sangat diunggulkan karena angkanya mencapai 1 juta ton per tahun, selanjutnya diharapkan akan mencapai 4 juta ton pada tahun 2009.

Angka-angka yang membanggakan di sektor Pertanian dan Kelautan-perikanan di atas adalah fakta yang harus kita pertahankan serta kita tingkatkan. Kemajuan tersebut memberikan peluang yang sangat berarti bagi terciptanya lapangan-lapangan kerja baru bagi masyarakat. Badan-badan maupun instansi terkait dituntut untuk segera memulai pengelolaan pertanian dan kelautan-perikanan secara profesional, tertata dan modern. Oleh karenanya setiap pihak harus memberi perhatian lebih guna mendukung pengembangan perekonomian bangsa.

Arah strategi

Harus ada pembaruan dalam iklim berpikir masyarakat Indonesia. Bila kita cermati nasehat orang tua dalam belajar dan bersekolah, akan teringat bahwa setiap orang tua menginginkan anak-anaknya berhasil dalam kehidupan di masa depan. Meraih kesuksesan yang dimaksud oleh para orang tua tersebut dibatasi oleh standar profesi sukses. Ditanamkan kepada anak-anak semenjak kecil bahwa standar profesi sukses itu adalah profesi sebagai dokter, insinyur, penerbang, nahkoda, akuntan, arsitek, perwira militer dan bisnisman. Hal ini juga telah lama ditanamkan secara kontinyu di sekolah-sekolah. Itu semua adalah profesi yang baik.

Dengan menggali kitab-kitab harta warisan nenek moyang kita dapat tersadarkan bahwa profesi mayoritas yang sangat cocok dengan kultur, geografi, iklim serta kondisi kelautan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah profesi petani dan nelayan. Hal ini berkaitkan pula dengan besarnya jumlah populasi penduduk Indonesia yaitu sekitar 238 juta jiwa, sehingga sangat diperlukan lapangan kerja (bidang kerja mayoritas) yang cocok untuk mengakomodir jumlah tersebut. Para orang tua dan guru adalah merupakan ujung tombak dalam menentukan arah strategi ini. Berbagai cara dapat dikembangkan untuk menstimulasi minat pemuda-pemudi Indonesia. Harus dimulai sedini mungkin penanaman motivasi dalam diri pemuda-pemudi Indonesia akan kesuksesan hidup di masa mendatang melalui profesi petani dan nelayan di dalam era "pertanian modern" serta "kelautan modern". Dengan kata lain tumbuh kebanggaan dalam masyarakat terhadap profesi petani dan nelayan.

Fungsi pemerintah sangat dibutuhkan guna mendukung arah strategi tersebut. Pemerintah melalui departemen-departemennya secara simultan akan dapat mempercepat pembentukan iklim berpikir pemuda Indonesia masa kini. Apa yang dilakukan pemerintah sudah jelas akan memperoleh dampak yang berkesinambungan dalam berbagai aspek termasuk devisa negara.

Departemen pendidikan dan pengajaran selayaknya memasukkan beberapa jam pelajaran tentang "pertanian modern" dan "kelautan modern" ke dalam kurikulum pendidikan, disertai dengan pemberian kesempatan bagi para siswa mengikuti study tour ke daerah-daerah pertanian/kelautan serta ke instansi-instansi terkait.

Dukungan dari Departemen Pertanian serta Departemen Kelautan dan Perikanan sangat dibutuhkan dalam pengadaan alat-alat instruksi, penyediaan brosur-brosur, file presentasi, dan lain sebagainya dalam rangka kampaye petanian dan kelautan modern.

Keaktifan peran Departemen Penerangan akan sangat berpengaruh dalam pembentukan iklim berpikir Bangsa Indonesia ke arah pertanian dan kelautan modern. Iklan yang bertubi-tubi tentang pertanian dan kelautan yang dikelola secara modern dengan didukung teknologi tepat guna akan menstimulasi serta merubah cara berpikir masyarakat Indonesia. Secara bertahap namun pasti langkah-langkah ini akan mengarah kepada pemahaman terhadap arti penting pertanian dan kelautan bagi Bangsa Indonesia.

Departemen Perdagangan dapat pula mengambil posisi penting dalam arah strategi ini. Mekanisme perdagangan dalam negeri dapat disiapkan dengan pembaruan system yang lebih baik sehingga menguntungkan ekonomi para petani dan nelayan. Penyiapan hubungan pangsa pasar di luar negeri pun harus disiapkan dengan matang sehingga memungkinkan untuk dilakukannya ekspor secara besar-besaran dengan frekuensi yang tinggi dan tetap stabil.

Departemen Keuangan beserta Bank Indonesia dapat memposisikan diri sebagai pendukung sesuai kapasitas nya. System pinjaman lunak yang paling cocok kepada petani dan nelayan dapat diselenggarakan, pengadaan barang-barang teknologi sebagai sarana pendukung pertanian dan kelautan pun dapat disiapkan. Demikian pula dengan pengelolaan ekonomi negara nantinya dapat terdukung dari keberhasilan di sektor pertanian dan kelautan.

Menjadi petani dan nelayan adalah bagaikan suatu kodrat bagi Bangsa Indonesia. Karakteristik dasar Bangsa Indonesia sebagai fundamen bagi profesi mayoritas. Tanpa mengesampingkan profesi yang lain, kita pun harus mengangkat prestise profesi petani dan nelayan. Pembentukan iklim berpikir pemuda Indonesia masa kini dimulai dengan penciptaan opini bahwa standar profesi sukses bagi pemuda-pemudi Indonesia di masa depan bisa dalam bentuk keberhasilan sebagai "petani modern" dan "nelayan modern".

Jayalah negeriku, makmur lah bangsaku !

Mayor CPM Anggiat Napitupulu, SH
Dari catatan kecil, buah pikir dan pandangan pribadi
Marjayoun-Lebanon, 20 April 2009

1 komentar:

  1. Makasih udah follow blog sy. Abang di Bima yah?

    BalasHapus

Klub Bisnis Internet Berorientasi Action